Berbakti Kepada Orang Tua
Selasa, 24 Desember 2013
0
komentar
Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa akal sehat dan semua agama pasti
setuju bahkan menganjurkan orang untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang
tuanya. Karena betapa besarnya jasa orang tua yang melahirkan, merawat dan
mendidik seseorang hingga dewasa. Di dalam Islam, kedudukan berbakti kepada
orang tua bukan hanya sekedar ‘balas budi’, namun juga sebuah amalan mulia yang
agung kedudukannya di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Perintah Berbakti Kepada Orang Tua
Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah hal yang
diperintahkan dalam agama. Oleh karena itu bagi seorang muslim, berbuat baik
dan berbakti kepada orang tua bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan
norma kesopanan, namun juga memenuhi norma agama, atau dengan kata lain dalam
rangka menaati perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua” (QS. An Nisa: 36). Perhatikanlah, dalam ayat ini
Allah Ta’ala menggunakan bentuk kalimat perintah. Allah Ta’ala
juga berfirman (yang artinya) : “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan
sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua..”(QS. Al
An’am: 151). Dalam ayat ini juga digunakan bentuk kalimat perintah. Allah juga
berfirman yang (artinya) : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya” (QS. Al Isra: 23). Di sini juga digunakan bentuk
kalimat perintah.
Birrul walidain juga diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ketika beliau ditanya oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu: “Amal apa yang paling dicintaiAllah ‘Azza Wa Jalla?”. Nabi
bersabda: “Shalat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu
apa lagi?”.Nabi menjawab: “Lalu birrul walidain”. Ibnu Mas’ud bertanya
lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi menjawab: “Jihad fi sabilillah”. Demikian
yang beliau katakan, andai aku bertanya lagi, nampaknya beliau akan menambahkan
lagi (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian kita ketahui bahwa dalam Islam, birrul walidain bukan
sekedar anjuran, namun perintah dari Allah dan Rasul-Nya, sehingga wajib
hukumnya. Sebagaimana kaidah ushul fiqh, bahwa hukum asal dari perintah
adalah wajib.
Kedudukan Berbakti Kepada Orang Tua
Sebagaimana telah kami sampaikan, berbakti kepada orang tua dalam agama kita
yang mulia ini, memiliki kedudukan yang tinggi. Sehingga berbakti kepada orang
tua bukanlah sekedar balas jasa, bukan pula sekedar kepantasan dan kesopanan.
Poin-poin berikut dapat menggambarkan seberapa pentingnya birrul walidain bagi
seorang muslim.
[1] Perintah birrul walidain setelah perintah tauhid
Kita tahu bersama inti dari Islam adalah tauhid, yaitu mempersembahkan
segala bentuk ibadah hanya kepada Allah semata. Tauhid adalah yang pertama dan
utama bagi seorang muslim. Dan dalam banyak ayat di dalam Al Qur’an, perintah
untuk berbakti kepada orang tua disebutkan setelah perintah untuk bertauhid.
Sebagaimana pada ayat-ayat yang telah disebutkan. Ini menunjukkan bahwa masalah
birrul walidain adalah masalah yang sangat urgen, mendekati pentingnya
tauhid bagi seorang muslim.
[2] Lebih utama dari jihad fi sabililah
Sebagaimana hadits Abdullah bin Mas’ud yang telah disebutkan. Juga hadits
tentang seorang lelaki yang meminta izin kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk pergi berjihad, beliau bersabda: “Apakah orang
tuamu masih hidup?”. Lelaki tadi menjawab: “Iya”. Nabi bersabda: “Kalau
begitu datangilah kedunya dan berjihadlah dengan berbakti kepada mereka”
(HR. Bukhari dan Muslim). Namun para ulama memberi catatan, ini berlaku bagi
jihad yang hukumnya fardhu kifayah.
[3] Pintu surga
Surga memiliki beberapa pintu, dan salah satunya adalah pintu birrul
walidain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kedua
orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau
memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan memasukinya,
silakan sia-siakan orang tua kalian” (HR. Tirmidzi, ia berkata: “hadits ini
shahih”)
[4] Ridha Allah sejalan dengan ridha orang tua
Ridha orang tua mendatangkan ridha Allah Ta’ala selama bukan dalam
maksiat kepada Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha
Allah bersama dengan ridha orang tua, murka Allah bersama dengan murka orang
tua” (HR. At Tirmidzi. Dinilai hasan oleh Al Albani)
[5] Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar
Betapa pentingnya birrul walidain, sampai-sampai durhaka kepada orang
tua dianggap sebagai dosa besar di sisi Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Maukah ku kabarkan kepada kalian dosa-dosa yang paling
besar?” kemudian beliau menyebutkan beberapa hal, salah satunya adalah
durhaka kepada orang tua (HR. Bukhari dan Muslim)
[6] Lalai dari birrul walidain, mendapat laknat Allah
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam naik mimbar
lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa
engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru
saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati
Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril
berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya
masih hidup, namun tidak membuat (si anak) masuk Jannah (karena tidak berbakti
kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi.
‘Allah melaknat seorang hamba yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’,
maka kukatakan, ‘Amin”.” (HR. Ahmad. Al A’zhami berkata: ‘Sanad hadits ini jayyid‘)
Kedudukan Ibu
Setelah kita mengetahui betapa pentingnya berbakti kepada orang tua, maka
ketahuilah bahwa diantara kedua orang tua, berbakti kepada ibu memiliki
keutamaan dan urgensi yang lebih. Suatu ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya: “Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak
untuk aku perlakukan dengan baik?”. Nabi menjawab: “Ibumu”. Lelaki tadi
bertanya lagi: “lalu siapa”. Nabi menjawab: “Ibumu”. Lelaki tadi
bertanya lagi: “lalu siapa”. Nabi menjawab: “Ibumu”. Lelaki tadi
bertanya lagi: “lalu siapa”. Nabi menjawab: “Ayahmu” (HR. Bukhari dan
Muslim). Dalam riwayat Muslim, Nabi menjawab: “Ibumu, lalu ayahmu, lalu
saudara perempuanmu, lalu saudara laki-lakimu, lalu setelahnya, lalu setelahnya”.
Ini semua menunjukkan kedudukan ibu lebih utama untuk ditunaikan haknya dan
berbakti kepadanya.
Ini juga menunjukkan bahwa sikap terbaik yang kita miliki, hendaknya
ditampakkan kepada orang tua kita terutama kepada ibu. Kesalahan besar jika
kita berakhlak baik kepada teman sejawat, atasan, atau rekan kerja namun
berakhlak kurang baik terhadap orang tua.
Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua
Sesuai namanya, birrul walidain, maka ia mencakup semua hal yang
termasuk al birr (kebaikan). Segala bentuk akhlak mulia terhadap orang
tua, menjaga mereka, membantu mereka, menolong mereka, membimbing mereka,
menasehati mereka jika salah, ini semua termasuk birrul walidain. Namun
diantara semua kebaikan, ada beberapa yang lebih ditekankan dalam birrul
walidain:
[1] Ta’at dan patuh
Permintaan, perintah, panggilan dan perkataan orang tua hukum asalnya wajib
dipatuhi selama dalam perkara yang ma’ruf (tidak melanggar aturan
agama). Sebagaimana kisah Juraij, seorang ahli ibadah. Suatu ketika Juraij
sedang shalat sunnah, ibunya memanggilnya, namun ia tidak memenuhi panggilan
ibunya. Hal ini terjadi sampai tiga kali. Hingga ibunya berdoa “Ya Allah jangan
matikan ia sampai ia melihat wajah seorang pelacur”. Dan Allah mengabulkan
doanya, Allah menakdirkan ia bertemu dengan pelacur yang diutus untuk
menggodanya dan akhirnya membuat ia dituduh berzina (HR. Bukhari). Dari kisah
ini para ulama mengatakan bahwa menaati, memenuhi permintaan dan panggilan
orang tua adalah wajib.
[2] Bertutur kata yang baik dan lemah lembut
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
“ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia” (QS. Al Isra: 23)
Para ulama mengatakan kata ‘ah’ dalam ayat ini adalah contoh bentuk gangguan
yang paling ringan. Dalam budaya kita contohnya seperti perkataan ‘huh‘,
‘aduh‘, dan semacamnya. Perkataan yang demikian itu teranggap sebagai
bentuk durhaka kepada orang tua. Terlebih lagi yang berupa bentakan, atau
bahkan celaan dan hinaan kepada orang tua. Wal’iyadzu billah.
[3] Tawadhu’
Seorang anak hendaknya merendahkan dirinya dihadapan orang tua, sekalipun ia
orang terpandang atau orang yang memiliki kedudukan. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya) : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”” (QS. Al Isra:
24)
[4] Memberi nafkah harta bila orang tua miskin
Orang tua hendaknya memiliki penghidupan sendiri dari hasil kerjanya. Namun
bila ia miskin, ia memiliki hak dari harta anaknya untuk penghidupannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau dan
hartamu adalah miliki ayahmu. Sesungguhnya makanan yang paling baik adalah yang
merupakan hasil kerjamu. Dan sesungguhnya harta anak-anakmu juga adalah hasil
kerjamu, maka makanlah darinya jangan ragu” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah,
dinilai shahih oleh Al Albani). Para ulama menjelaskan hadits ini, bahwa
bukan berarti harta anak menjadi milik ayah, namun seorang anak hendaknya tidak
keluar dari pendapat ayahnya dalam penggunaan harta (Fiqhut Ta’amul,
130)
Demikian paparan yang
singkat ini. Semoga menggugah hati kita bahwa selama ini salah satu kunci
surga ada di dekat kita, yaitu orang tua kita sendiri. Semoga Allah menolong
kita untuk menjadi anak yang berbakti kepada mereka dan mengumpulkan kita
bersama mereka di surga-Nya. [Yulian Purnama, S.Kom]
dikutip dari : http://buletin.muslim.or.id/akhlaq/berbakti-kepada-orang-tua
Nasehat buat sahabat :
MOTTO "Hidup tanpa tantangan tidak patut untuk dijalani, karena layang-layang terbang bukan mengikuti arus tapi justru menentangnya" #salam Persahabatan |
0 komentar:
Posting Komentar