Menyalurkan Cinta pada Tempatnya
Minggu, 22 Desember 2013
0
komentar
Jatuh cinta……..berjuta rasanya. Begitu sulit mendefinisikan cinta namun sangat mudah
mendeteksinya. Orang-orang yang telah terinfeksi virus cinta akan menampakkan
gejala luar biasa. Matanya akan berbinar jika menatap si dia, bicaranya gagap
seolah lidah kelu enggan bekerja sama. Jantung berdebar ketika membayangkan
wajah pujaan hati. Semua yang berkaitan dengan dia akan tampak sempurna.
Penderitaan dalam mengejar cinta pun terasa nikmat.
Saudaraku muslim yang dirahmati
Allah, cinta merupakan anugrah dan fitrah bagi manusia. Tanpa cinta, entah
bagaimana wajah dunia. Allah telah menanamkam pada manusia kecintaan terhadap
lawan jenisnya. Allah berfirman (yang artinya), “Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Q.S. Ali Imran : 14).
Namun ibarat pisau bermata dua,
anugrah terkadang berujung petaka. Jika tidak pandai mengelolanya, maka anugrah
yang seharusnya manis akan terasa pahit dan perih. Sedangkan manusia dalam
mengekpresikan cinta ini terbagi manjadi dua : kelompok pendulang dosa dan
kelompok pendulang pahala.
Kelompok pertama (para pendulang
dosa)
Kelompok pertama ini mengekpresikan
cintanya dengan cara yang salah. Mereka menginjak-injak hak Allah dengan
mengatasnamakan cinta. Sehingga cinta yang mestinya bening dan suci menjadi
keruh dan hina. Bukan rahasia lagi kalau remaja kita sebagian besarnya masuk
dalam kelompok ini. Mereka memamerkan aktifitas percintaan yang tak bertanggung
jawab di depan mata kita. Dari lirik-lirikan sampai mesra-mesraan, dari
bergandengan tangan sampai berpelukan. Pacaran, begitu mereka menamainya.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
diantara tanda kasih sayang Allah pada hamba-Nya adalah ketika Allah berfirman
(yang artinya), “Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu
merupakan perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Q.S. Al Isra’ : 32).
Dalam ayat ini, Allah melarang dari zina, bahkan hanya dengan mendekatinya,
karena zina adalan jalan yang buruk yang akan merugikan pelakunya di dunia dan
akhirat. Dan bukan rahasia lagi kalau aktifitas dalam pacaran hampir seluruhnya
menggiring pada zina.
Namun sangat disayangkan, seribu
satu alasan akan dilontarkan oleh aktifis pacaran untuk menghalalkannya.
Sehingga muncul anggapan bahwa tidak afdhal sebuah pernikahan tanpa diawali
pacaran, karena pacara adalah washilah (sarana) untuk saling mengenal
pasangan. Muncul juga anggapan bahwa pacaran adalah trend anak modern.
Demikianlah setan terus-menerus
menghiasai sebuah kedurhakaan dengan label baru untuk menjerumuskan anak cucu
Adam. Bukankah Iblis telah bersumpah “Demi kekuasaan Engkau, aku akan
menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash di antara
mereka” (Q.S. Shaad : 82-83). Ayat ini menjelaskan bahwa Iblis akan
bersusah payah menggoda manusia agar menyimpang dari jalan Allah. Dia selalu
mencari celah untuk menjerumuskan anak Adam, salah satunya lewat virus merah
jambu bernama cinta. Maka janganlah meremehkan perkara ini dan menganggapnya
kecil. Bukankah seorang bijak pernah berkata, “Tinggalkanlah dosa yang kecil
maupun yang besar, itulah ketaqwaan. Berbuatlah seperti orang yang berjalan di
atas duri. Dia waspada terhadap apa yang dia lihat. Janganlah kamu meremehkan
yang kecil karena gunung itu adalah kumpulan kerikil”.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
janganlah coba-coba durhaka kepada Allah meskipun pada hal-hal kecil karena
kita tidak tahu akan berujung ke mana dosa itu. Cukuplah kisah Barshisha -salah
seorang ahli ibadah yang mengakhiri hidupnya dengan tragis gara-gara perkara kecil-
menjadi pelajaran bagi kita.
Dikisahkan bahwa Barshisha telah
beribadah dalam kuil selama tujuh puluh tahun dan tidak pernah bermaksiat
sedikitpun. Lalu setan ingin menggodanya dengan ilmu hilah (rekayasa), maka setan berangkat ke
tempat Barshisha dengan menjelma sebagai seorang ahli ibadah dan berpura-pura
giat dalam ibadah sehingga Barshisha tertipu dengan penampilannya dan menaruh
simpati kepadanya. Ketika setan hendak meninggalkannya, setan mewariskan sebuah
do’a yang konon ampuh menyembuhkan penyakit. Kemudian setan pergi kepada
seorang lelaki lalu ia mencekiknya, kemudian ia menjelma seorang tabib lalu
berkata kepada keluarganya bahwa yang bisa menyembuhkannya adalah Barshisha.
Seketika lelaki tersebut sembuh setelah diobati Barshisha.
Demikianlah, setan terus mengganggu
manusia lain dan menyuruhnya untuk berobat kepada Barshisha dan meminta doa
kepadanya untuk kesembuhan (dengan tujuan untuk mengganggu peribadahan
Barshisha). Hingga suatu hari setan mengganggu seorang gadis Bani Israil yang
memiliki tiga saudara laki-laki. Setan menyiksa dan mencekik gadis tersebut.
Lalu setan datang kepada keluarga tersebut dengan menjelma menjadi seorang
dukun dan merekomendasikan agar berobat kepada Barshisha.
Mereka pun menuruti nasihat setan
untuk mendatangi Barshisha, kemudian mereka meminta Barshisha untuk mengobati
gadis itu lalu meninggalkannya di dekat kuilnya. Dari sini benih- benih
kehancuran Barshisha mulai tumbuh. Setan pun beraksi, dengan lihainya setan
mengganggu gadis itu dengan mencekiknya agar Barshisha datang mengobatinya.
Pertemuan-pertemuan itu akhirnya menggiring Barshisha pada cinta lokasi.
Bermula dari tatapan mata kemudian merembet pada obrolan dan aktifitas lainnya.
Sehingga terjadi apa yang terjadi, Barshisha menggauli gadis tersebut hingga
berbadan dua. Tidak berhenti sampai di sini, setan merayu Barshisha agar
membunuh bayi dan gadis tadi untuk menutupi kejahatannya. Kemudian Barshisha
mengubur keduanya di lereng gunung sambil menyiapkan alasan bagi
saudara-saudaranya.
Tiba-tiba ketiga saudara gadis itu
datang untuk menjenguk adik mereka. Mereka menanyakan keadaannya. Barshisha
menjawab, “Setan datang dan aku tidak mampu melawannya.” Maka mereka percaya
dan pulang. Pada saat malam hari, setan datang dalam mimpi ketiga saudara gadis
itu mengabarkan bahwa saudari mereka telah dinodai Barshisha hingga melahirkan
seorang anak namun kemudian dibunuh untuk menutupi aibnya. Setan juga
memberitahukan di mana saudari mereka dikuburkan. Akhirnya kejahatan Barshisha
terbongkar dan dihukum mati.
Di akhir hidupnya, setan datang
menawarkan bantuan, setan mengaku bisa menyelamatkan Barshisha asal dia mau
bersujud kapadanya. Maka Barshisha pun sujud kepadanya, kemudian setan berlari
kegirangan karena berhasil menjerumuskan Barshisha pada dosa yang paling besar,
yaitu syirik. Begitu tragis nasib Barshisha, hidupnya berakhir dengan
kesengsaraan. Semuanya berawal dari hubungan terlarang yang sebagian orang
meremehkannya. Jika seorang ahli ibadah saja bisa terjerumus, maka bagaimana
dengan anda?
Kelompok Kedua (para pendulang pahala)
Mereka adalah orang-orang yang
tidak mendahului cintanya dengan keharaman. Mereka para lelaki sejati yang
mengetuk pintu saat menawarkan cinta. Mereka para pemuda yang menjaga
kehormatan dan enggan mengobral cinta. Mereka mengikat cintanya dengan akad
pernikahan. Kemudian berpacaran sambil mendulang pahala. Siapa sangka begitu
banyak pahala yang diraup di sela-sela kemesraan suami istri.
Pada suatu hari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dan pada hubungan intim
salah satu diantara kalian dengan istrinya terdapat sedekah”. Mendengar ini
maka para sahabat keheranan, bagaimana mungkin dalam syahwat terdapat pahala?
Kemudian Nabi menjelaskan, ”Bagaimana pendapat kalian jika seseorang
meletakkan syahwatnya pada yang haram? Bukankah itu dosa? Demikianlah, jika
meletakkannya dalam kehalalan maka baginya pahala”. (H.R. Muslim).
Inilah keindahan Islam, bahkan
dalam kesenangan terdapat pahala. Lalu bagaimana amal yang lainnya? Seperti
kerja keras banting tulang untuk menghidupi anak istri? Tentu pahala yang
diraup semakin banyak. Maka menikahlah wahai para pemuda, agar engkau bisa
berpacaran sambil mendulang pahala. Putuskan hubunganmu dengan pacarmu,
ketuklah pintu rumahnya kemudian temuilah ayahnya agar engkau bisa lekas meminang
pujaan hati. Jangan takut dan ragu karena kemiskinan, yakinlah pertolongan
Allah segera datang. Nabi telah menjanjikan hal ini dengan sabdanya, ”Tiga
golongan yang berhak ditolong oleh Allah : orang yang berperang di jalan Allah,
budak yang menebus dirinya dari tuannya, orang yang menikah dengan tujuan
menjaga kehormatan dirinya”. (H.R. Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Syaikh Albani).
Penulis : Ustadz Roby Aryanto, S.T.
MOTTO
"Hidup tanpa tantangan tidak patut untuk dijalani, karena layang-layang terbang bukan mengikuti arus tapi justru menentangnya" |
0 komentar:
Posting Komentar