Pentingnya Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal
Sabtu, 21 Desember 2013
0
komentar
At Tauhid edisi IV/50
Oleh: Satria Buana
Pembaca yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, kalau kita membicarakan Ilmu dalam islam, maka
kita membicarakan sesuatu yang tidak ada habisnya untuk di bahas. Sejarah
mencatat, kehidupan umat manusia sebelum diutusnya Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah jauh dari petunjuk ilahi.
Norma-norma kebenaran dan akhlak mulia nyaris terkikis oleh kerasnya kehidupan,
karena itulah masa tersebut masa jahiliyah, yaitu masa kebodohan.
Ketika keadaaan manusia seperti itu maka Allah pun
menurunkan Rasul-Nya, dengan membawa bukti keterangan yang jelas, supaya Rasul
tersebut bisa membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang
berderang dengan keterangan yang sangat jelas, dengan bukti-bukti yang sangat
jelas, Allah ta’ala berfirman dalam al-Qur’an,“Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut (yaitu syaithan dan apa saja yang disembah selain dari Allah ta’ala)
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Islam adalah agama yang sarat (penuh) dengan ilmu
pengetahuan, karena sumber ilmu tersebut adala wahyu yang Allah ta’ala turunkan
kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan
perantara malaikat Jibril ‘alaihis salam.
Allah ta’ala Berfirman: “Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (An-Najm:
3-4) Dengan ilmu inilah Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallamtunjukkan
semua jalan kebaikan, dan beliau peringatkan tentang jalan-jalan kebatilan.
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi yang terakhir dan
sekaligus Rasul yang diutus kepada umat manusia dan jin. Maka ketika Rasulullah
wafat, beliau telah mengajarkan ilmu yang paling bermanfaat dari wahyu Allah ta’ala, ilmu yang sempurna, ilmu yang membawa kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka barang siapa mengambilnya maka ia telah
mengambil bagian yang cukup untuk kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Ilmu Dahulu Sebelum Amal
Imam besar kaum muslimin, Imam Al-Bukhari berkata, “Al-’Ilmu Qoblal Qouli Wal
‘Amali”, Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal. Perkataan ini
merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah ta’ala “Maka ilmuilah (ketahuilah)!
Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu” (QS.
Muhammad: 19). Dari ayat yang mulia ini, Allah ta’ala memulai
dengan ilmu sebelum seseorang mengucapkan syahadat, padahal syahadat adalah
perkara pertama yang dilakukan seorang muslim ketika ia ingin menjadi seorang
muslim, akan tetapi Allah mendahului syahadat tersebut dengan ilmu, hendaknya
kita berilmu dahulu sebelum mengucapkan syahadat…, kalau pada kalimat syahadat
saja Allah berfirman seperti ini maka bagaimana dengan amalan lainnya, tentunya
lebih pantas lagi kita berilmu baru kemudian mengamalkannya. Ucapan ini beliau
katakan ketika memberi judul suatu Bab di dalam kitab beliau “Shahihul Bukhari” dalam
kitab Al-Ilmu.
Pentingnya Ilmu Agama
Berikut ini adalah penjelasan singkat dari sebagian Ulama
berkaitan dengan perkataan Al-Imam Al-Bukhari di atas:
Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin berkata: “Al-Imam Al-Bukhari berdalil dengan ayat ini (Muhammad: 16) atas wajibnya mengawali dengan ilmu sebelum berkata dan beramal. Dan ini merupakan dalil atsari (yang berdasarkan periwayatan) yang menunjukkan atas insan bahwa berilmu terlebih dahulu baru kemudian beramal setelahnya sebagai langkah kedua. Dan juga di sana ada dalil ‘aqliyah (yang telah diteliti) yang menunjukkan atas ‘ilmu sebelum berkata dan beramal’. Hal itu karena perkataan dan amalan tidak akan benar dan diterima sehingga perkataan dan amalan tersebut mencocoki syariat, dan manusia tidaklah mungkin mengetahui bahwa amalnya mencocoki syariat kecuali dengan ilmu.” (Syarh Tsalatsatul Ushul Syaikh ‘Utsaimin)
Asy-Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh berkata,
“Ilmu itu jika ditegakkan sebelum ucapan dan amal, maka akan diberkahi
pelakunya meskipun perkaranya kecil. Adapun jika ucapan dan amal didahulukan
sebelum ilmu, walaupun bisa jadi perkaranya itu sebesar gunung, akan tetapi itu
semua tidaklah di atas jalan keselamatan…Karenanya kami katakan, Jadikanlah
ilmu tujuan penting dan utama, jadikanlah ilmu tujuan penting dan utama, ilmu
di mulai sebelum yang lain, khususnya ilmu yang membuat ibadah menjadi benar,
ilmu yang meluruskan aqidah, ilmu yang memperbaiki hati, ilmu yang menjadikan
seseorang berjalan dalam amalannya sesuai dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan di atas
kebodohan.” (Syarh Tsalatsatul Ushul Syaikh Abdul Aziz, Maktabah Syamilah)
Ibnu Baththal berkata, “Suatu amal tidak teranggap
kecuali di dahului oleh ilmu, dan maksud dari ilmu ini adalah ilmu yang Allah
janjikan pahala padanya”. Ibnu Munir berkata, “Imam Al-Bukhari bermaksud dengan
kesimpulannya itu, bahwa ilmu merupakan syarat atas kebenaran suatu perkataan
dan amalan. Maka suatu perkataan dan amalan itu tidak akan teranggap kecuali
dengan ilmu. Oleh sebab itulah ilmu didahulukan atas ucapan dan perbuatan,
karena ilmu itu pelurus niat, di mana niat itu akan memperbaiki amalan.”
(Dinukil dari Taisirul Wushul Ila Nailil
Ma’mul, Syarh Tsalatsatul Ushul)
Pelajaran yang dapat kita petik
adalah, kita hendaknya “Berilmu sebelum berkata dan beramal” karena ucapan dan
perbuatan kita tidak akan ada nilainya bila tanpa ilmu, amalan yang banyak yang
kita lakukan bisa tidak teranggap di sisi Allah kalau tidak didasari dengan
Ilmu.
Anjuran Berilmu Agama
Dalam Al-Qur’an dan hadits terdapat begitu banyak anjuran
yang memerintahkan agar kita berilmu agama. Bahkan sesungguhnya Allah ta’ala telah
memuji ilmu dan pemiliknya. Menyiapkan bagi siapa saja yang berjalan di atas
titian ilmu tersebut balasan yang baik, pahala, ganjaran, Allah ta’ala mengangkat
derajat kedudukan mereka di dunia dan akhirat. Allah ta’ala berfirman: “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Keutamaan Ilmu Agama,
Pencarinya, dan Ulama
Pembaca yang dimuliakan oleh Allah, sudah suatu kepastian
bahwa setiap manusia pada asalnya adalah bodoh, dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu apapun. Allah ta’ala berfirman, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.” (QS.
An-Nahl: 78)
Namun hendaknya setiap pribadi muslim
tidak membiarkan dirinya terus menerus dalam keadaan bodoh akan ilmu agamanya
sendiri. Sebab kebodohan itu apabila terus menerus dipelihara dapat
mengantarkannya kepada kehinaan dan kerugian yang besar. Sebaliknya ilmu agama
islam ini adalah satu-satunya ilmu yang dapat mengantarkan seseorang meraih
kemuliaan hidup yang hakiki di dunia dan akhiratnya.
Berikut ini di antara motivasi yang
Allah dan Rasul-Nya tunjukkan akan betapa mulianya ilmu:
1. Pencari ilmu akan Allah
mudahkan jalannya menuju Surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Barangsiapa yang menempuh
sebuah jalan dalam rangka untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju Surga.” (HR.
Muslim)
2. Orang yang dikaruniai ilmu
agama merupakan tanda kebaikan dari Allah ta’ala baginya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan
memahamkan ilmu agama kepadanya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Maka dari hadits ini kita bisa mengambil kesimpulan, seseorang yang tidak Allah berikan pemahaman agama kepadanya maka ini merupakan tanda Allah tidak menginginkan kebaikan kepadanya, dan sebaliknya seorang yang paham dengan agama Allah merupakan tanda kebaikan pada dirinya.
3. Ulama adalah pewaris para
Nabi. “Sesungguhnya para nabi tidak
mewariskan dinar ataupun dirham (harta) akan tetapi mereka mewariskan ilmu.
Barang siapa mengambilnya maka sungguh ia telah mendapatkan bagian yang sangat
banyak.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan At-Tirmidzi)
4. Seorang yang berilmu adalah
cahaya yang menjadi petunjuk bagi manusia dalam urusan agama maupun dunia, bila seorang ulama meninggal maka
itu adalah musibah yang dialami kaum muslimin. Rasulullah bersabda,“Sesungguhnya Allah tidak
mengangkat ilmu secara langsung dari hati hamba-hambanya akan tetapi Allah
mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika Allah tidak lagi
menyisakan ulama, jadilah manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh sebagai
ulama, mereka bertanya kepadanya dan ia pun menjawab tanpa ilmu sehingga ia
sesat dan menyesatkan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
5. Rasulullah Berdoa kepada
Allah agar ditambahkan ilmu agama. Cukuplah kemuliaan bagi ilmu dengan
Allah ta’alamemerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi pilihan untuk berdoa
meminta tambahan ilmu, bukan meminta tambahan harta atau yang selainnya dari
perkara dunia, Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah (wahai Muhammad), “Wahai Rabbku, tambahkanlah ilmu
bagiku.” (QS. Thaha:
114)
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang
menyebutkan tentang keutamaan ilmu dan ucapan para Ulama dalam hal ini, namu
cukuplah apa yang telah kami sebutkan di atas untuk mewakili banyaknya
keutamaan-keutamaan tersebut.
Ilmu Apa Yang Wajib Dipelajari
Ilmu yang wajib dipelajari bagi
manusia adalah ilmu yang menuntut untuk di amalkan saat itu, adapun ketika
amalan tersebut belum tertuntut untuk di amalkan maka belum wajib untuk
dipelajari. Jadi ilmu tentang tauhid, tentang 2 kalimat syahadat, ilmu tentang
iman, adalah ilmu yang wajib dipelajari ketika seseorang menjadi muslim, karena
ilmu ini adalah dasar yang harus diketahui.
Kemudian ilmu tentang shalat, hal-hal
yang berkaitan dengan shalat, seperti bersuci dan lainnya, merupakan ilmu
berikutnya yang harus dipelajari, kemudian ilmu tentang hal-hal yang halal dan
haram, ilmu tentang mualamalah dan seterusnya.
Contohnya seseorang yang saat ini belum mampu berhaji,
maka ilmu tentang haji belum wajib untuk ia pelajari saat ini, akan tetapi
ketika ia telah mampu berhaji, maka ia wajib mengetahui ilmu tentang haji dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan haji. Adapun ilmu tentang tauhid, tentang
keimanan, adalah hal pertama yang harus dipelajari, karena setiap amalan yang
ia lakukan tentunya berkaitan dengan niat, kalau niatnya dalam melakukan ibadah
karena Allah maka itu amalan yang benar, adapun kalau niatnya karena selain
Allah maka itu adalah amalan syirik, kita berlindung dari berbuat syirik kepada
Allah ta’ala.
Mewaspadai Bahayanya Kebodohan
Pembaca kaum muslimin yang dimuliakan Allah, demikianlah
beberapa bentuk kemuliaan yang Allah ta’ala berikan terhadap para pemilik ilmu
sehingga tidak sama kedudukannya dengan mereka yang tidak memiliki ilmu. Allah ta’alaberfirman: “Katakanlah (ya Muhammad)
apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang yang tidak
mengetahui (jahil)?.” (QS.
Az-Zumar: 9)
Sebaliknya orang yang jahil akan ilmu agama-Nya
disebutkan oleh Allah ta’ala sebagai seorang yang buta yang tidak
bisa melihat kebenaran dan kebaikan. Allah ta’ala berfirman, “Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan
kepadamu dari Rabbmu adalah al-haq (kebenaran) sama dengan orang yang buta?
(tidak mengetahui al-haq).”(QS. Ar-Ra’d: 19)
Hal ini menunjukkan bahwa yang sebenarnya memiliki
penglihatan dan pandangan yang hakiki hanyalah orang-orang yang berilmu. Adapun
selain mereka hakikatnya adalah orang yang buta yang berjalan di muka bumi
tanpa dapat melihat. Allah ta’ala berfirman: “Tidak sama antara penghuni an-nar dengan penghuni al-jannah.” (QS. Al-Hasyr: 20)
Semoga Allah ta’ala memberi taufik kepada kita semua untuk
senantiasa berilmu sebelum berkata dan beramal. Semoga Allah menolong kita
untuk meraih kemuliaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat dengan
mempelajari ilmu agama islam yang benar yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di
bawah bimbingan Ulama Pewaris Nabi. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
[Satria Buana]
MOTTO
"Hidup tanpa tantangan tidak patut untuk dijalani, karena layang-layang terbang bukan mengikuti arus tapi justru menentangnya" |
0 komentar:
Posting Komentar