Sifat Mukmin Yang Dijamin Masuk Surga
Rabu, 25 Desember 2013
0
komentar
Segala puji hanyalah milik Allah. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Rasulullah, keluarga beliau, shahabat beliau, dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik.
Surga, siapa diantara kita yang tidak ingin masuk ke dalamnya? Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Penduduk surga bisa mendapatkan apa saja yang
mereka inginkan di dalam surga. Dan di sisi Kami ada tambahan kenikmatan” (QS.
Qaaf : 35). Allah Ta’ala juga berfirman dalam sebuah hadits qudsi, “Aku
siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih apa yang belum pernah dilihat oleh
mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati
manusia” (HR. Bukhari).
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, tentu kita semua ingin masuk surga.
Terlebih lagi, di dalam surga terdapat puncak kenikmatan yang diidam-idamkan
setiap muslim, yakni memandang wajah Allah Ta’ala. Namun, jalan menuju
surga tidaklah mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan perjuangan yang
sungguh-sungguh untuk bisa istiqomah dalam menempuh jalan menuju surga.
Sifat mukmin yang
dijamin masuk surga
Dari ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Berikan jaminan padaku dengan enam perkara
dari diri kalian, akan aku jamin surga untuk kalian : (1) Jujurlah jika
berbicara (2) penuhilah jika kalian berjanji (3) tunaikanlah jika kalian diberi
amanah (4) jagalah kemaluan kalian (5) tundukkan pandangan kalian (6) tahanlah
tangan kalian” (HR. Ahmad, Hakim, dan lain-lain. Lihat Silsilah Ash
Shahihah no. 1470).
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menybutkan
enam sifat mukmin yang dijamin masuk surga. Semoga Allah memudahkan kita untuk
memiliki keenam sifat tersebut.
Sifat ke-1: Jujur
jika berbicara
Kejujuran adalah sebuah akhlak yang sangat mulia. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalian wajib untuk jujur. Sesungguhnya
kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan
kepada surga” (HR. Muslim). Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Kejujuran adalah jalan yang lurus dimana orang yang tidak menempuh jalan
tersebut, dia akan celaka dan binasa. Dengan kejujuran inilah, akan terbedakan
siapakah yang munafik dan siapakah orang yang beriman, dan siapakah yang
termasuk penduduk surga dan siapakah yang termasuk penduduk neraka” (Madaarijus
Salikin, 2/ 257).
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita dari
bahaya dusta. Beliau bersabda, “Hati-hatilah kalian dari dusta. Sesungguhnya
dusta akan mengantarkan kepada maksiat, dan maksiat akan mengantarkan kepada
neraka” (HR. Muslim). Termasuk perbuatan dusta yang sering diremehkan
adalah berdusta dengan tujuan melawak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Celakalah orang yang berdusta dalam berbicara supaya orang lain tertawa.
Celaka dia! Celaka dia!” (HR. Abu Dawud).
Oleh karena itu, mari kita biasakan untuk jujur, baik dalam ucapan maupun
perbuatan. Jujurlah ketika bicara, ketika ujian, ketika berjualan, ketika
bekerja, ketika mengisi data untuk keperluan tertentu, dan lainnya.
Sifat ke-2 :
Memenuhi janji
Memenuhi janji adalah diantara sifat seorang mukmin. Adapun tidak memenuhi
janji adalah diantara sifat munafik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tanda orang munafik ada tiga : Jika berkata maka berdusta, jika diberi
amanah maka berkhianat, dan jika berjanji maka melanggar” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Diantara bentuk tidak memenuhi janji adalah orang tua yang menjanjikan
anaknya yang sedang menangis dengan mengatakan “Diam nak… Nanti bapak
belikan mainan” . Setelah anaknya diam, ternyata si ayah tidak
membelikannya mainan. Ini termasuk menyelisihi janji. Dan diantara bentuk tidak
memenuhi janji juga adalah terlambat mengembalikan barang pinjaman atau
membayar hutang padahal sudah dijanjikan waktu pengembaliannya, terlambat
memenuhi waktu perjanjian yang mana waktunya telah disepakati, dan lainnya.
(lihat Akhlak-akhlak Buruk karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al Hamd,
hal. 52-56).
Sifat ke-3 :
Menunaikan amanah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah
memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah kepada orang yang berhak
menerimanya” (QS. An Nisaa : 58). Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Amanah itu pembahasannya luas sekali. Dan pada intinya, amanah ada pada dua
hal : amanah yang berkaitan dengan hak-hak Allah, yakni amanah yang diemban
seorang hamba untuk beribadah kepada Allah dan amanah yang berkaitan dengan hak
manusia” (Syarh Riyadhus Shalihin, 2/463).
Maka, beribadah kepada Allah juga merupakan amanah yang harus ditunaikan
seorang hamba. Amanah tersebut berkaitan dengan hak Allah. Adapun amanah yang
berkaitan dengan hak manusia contohnya adalah barang titipan dari seseorang,
jabatan atau kekuasaan, serta rahasia yang harus dijaga.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga mengatakan, “Menunaikan amanah adalah tanda-tanda
keimanan seseorang. Jika engkau menjumpai seseorang yang memegang amanahnya,
menunaikannya dengan sebaik-baiknya, maka ketahuilah dia adalah orang yang kuat
imannya. Sebaliknya, jika engkau mengetahui bahwa dia berkhianat, ketahuilah
bahwa dia orang yang lemah imannya” (Syarh Riyadhus Shalihin, 2/464).
Sifat ke-4 :
Menjaga kemaluan
Di dalam Al Qur’an, Allah menerangkan bahwa diantara sifat seorang mukmin
yang beruntung adalah orang yang menjaga kemaluannya. Allah berfirman (yang
artinya), “dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali kepada
istri-istri atau budak-budak mereka, maka mereka itu tidak tercela. Adapun
orang-orang yang mencari selain itu, mereka adalah orang yang melampaui batas”(QS.
Al Mu’minuun : 5-7).
Maka, mukmin yang beruntung adalah yang menjaga kemaluannya. Adapun orang
yang tidak menjaganya dengan berzina atau onani, maka dia adalah orang yang
melampaui batas. Allah berfirman (yang artinya), “Janganlah kalian mendekati
zina. Sesungguhnya zina adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk” (QS. Al
Israa : 32). Imam Ahmad mengatakan, “Aku tidak tahu ada dosa yang paling besar
setelah membunuh selain zina” (Al Jawaabul Kaafi, hal. 162).
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, sesungguhnya dibalik kenikmatan semu
zina terdapat kepedihan dan kesengsaraan. Sungguh indah ungkapan seorang
penyair :
Kenikmatan yang dirasakan oleh
orang yang melakukan keharaman akan sirna…
Dan yang tersisa adalah kerendahan
dan kehinaan…
Dan akhir dari kenikmatan haram
tersebut adalah keburukan…
Tidak ada kebaikan pada suatu
kelezatan jika dibaliknya adalah neraka…
Sifat ke-5 :
Menundukkan pandangan
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada orang-orang yang
beriman, hendaknya mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluan mereka.
Sesungguhnya itu lebih suci bagi mereka” (QS. An Nuur : 30).
Ibnul Qayyim mengatakan, “Pandangan adalah penunjuk jalan serta utusan
syahwat. Menjaga pandangan adalah modal pokok untuk menjaga kemaluan. Siapa
yang tidak menjaga pandangannya, dia telah menempatkan dirinya ke tempat kehancuran”
(Al Jawaabul Kaafi, hal. 216). Oleh karena itu, menjaga kemaluan
tergantung kepada menjaga pandangan. Orang yang mampu menjaga pandangannya,
akan mampu menjaga kemaluannya dengan izin Allah.
Maka jagalah pandangan dari lawan jenis. Orang yang mampu menjaga
pandangannya, Allah akan menerangi hatinya dengan cahaya. Ibnul Qayyim
mengatakan, “Menundukkan pandangan akan memberikan cahaya dan kemuliaan kepada
hati yang akan nampak pengaruhnya pada mata, wajah, dan anggota tubuh lainnya
sebagaimana melepaskan pandangan akan memberikan kegelapan kepada hati yang
akan nampak pengaruhnya pada wajah dan anggota tubuh lainnya” (Raudhatul
Muhibbin, hal. 73).
Sifat ke-6 : Tidak
menganggu orang lain
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang
menyakiti laki-laki dan wanita yang beriman tanpa ada kesalahan yang mereka
perbuat, sungguh mereka telah menanggung kedustaan dan dosa yang nyata” (QS.
Al Ahzab : 58). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang
muslim adalah seseorangyangkaum musllimin selamat dari gangguan lisan dan
tangannya” (Muttafaqun ‘alaih).
Seorang muslim adalah orang yang tidak menganggu saudaranya, temannya,
maupun tetangganya. Mereka merasa aman dengan kehadiran dirinya. Adapun orang
yang suka mengganggu atau menyakiti orang lain, baik dengan lisan maupun
tangannya, maka dia bukanlah seorang muslim yang sejati. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap muslim itu bersaudara. Maka tidak
boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustakannya, ataupun menghinanya.
(Lalu beliau bersabda) Cukuplah seseorang dikatakan telah berbuat keburukan
jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Darah, harta, dan kehormatan setiap
muslim atas muslim lainnya adalah haram (untuk diganggu)” (HR. Muslim)
Segala taufik hanya
ditangan Allah
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, itulah enam sifat seorang mukmin yang
dijamin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk masuk surga.
Kita memohon kepada Allah agar memberikan kita taufik-Nya serta membantu kita untuk
melaksanakan keenam sifat tersebut, karena tiada daya dan upaya melainkan dari
Allah Ta’ala. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha mendengar lagi
mengabulkan do’a.
Penulis : Yananto Sulaimansyah
Muroja’ah : Ustadz Abu Salman
dikutip dari : http://buletin.muslim.or.id/aqidah/sifat-mukmin-yang-dijamin-masuk-surga
MOTTO
"Hidup tanpa tantangan tidak patut untuk dijalani, karena layang-layang terbang bukan mengikuti arus tapi justru menentangnya" |
0 komentar:
Posting Komentar