HMI MEDIS UMM

PUISI SAHABAT

Posted by J Sabtu, 30 November 2013 0 komentar
PUISI SAHABAT
23/11/2010 | 16 Zulhijjah 1431 H |

Sahabat…
betapa senangnya hati ini bila dekat denganmu…
Candamu mengandung makna tarbiyah
Tingkah lakumu memberikan contoh yang baik
Tulisan-tulisanmu membeningkan hati
Sahabat…
Engkau selalu mengingatkanku bila khilaf
Senyumanmu menumbuhkan ikatan yang kuat di dalam hati ini
Sapaanmu menandakan akan bertaburnya lagi amal-amal yang sholeh
Langkahmu memunculkan semangat juang para mujahid
Sahabat…
Rezkimu engkau keluarkan di jalan Allah SWT
Kelapangan dadamu membuatku santun padamu
Jiwa pemaafmu bertahta di dalam jiwa ini
Keikhlasan dalam beramal memancarkan cahaya hatimu
Sahabat…
Amanahmu tidak engkau abaikan
Janji-janjimu sangat engkau pegang teguh
Engkau khusyu’ dalam shalat
Shalatmu sangat engkau jaga dari kelalaian
ucapanmu selalu yang bermanfaat
Pergaulanmu terhadap wanita sangat engkau jaga
Sahabat…
Allah swt menjadi tujuan hidupmu
Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah pedoman hidupmu
Sahabatku…
Semoga Allah swt melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepadamu
Mudah-mudahan engkau selalu dalam petunjuk dan lindungan Allah swt…
Hingga engkau menjadi penghuni syurga Firdaus yang tertinggi
Amin ya Rabbal alamiin…

"Hidup tanpa tantangan tidak patut untuk dijalani, karena layang-layang terbang bukan mengikuti arus tapi justru menentangnya" #salam Persahabatan Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Read More..

Hymne & Mars HMI

Posted by J 0 komentar

Hymne & Mars HMI



HIMNE HMI

Bersyukur dan ikhlas
Himpunan mahasiswa islam
Yakin usaha sampai
Untuk kemajuan
Hidayah dan taufik
Bahagia HMI

Berdoa dan ikrar
Menjunjung tinggi syiar islam
Turut qur’an dan hadits
Jalan keselamatan
Ya Allah berkati
Bahagia HMI


MARS HIJAU HITAM
Bulan sabit kejayaan
Bintang lima kemenangan
Angka satu ketauhidan
Jantung pusat kehidupan

Hijau keteguhan iman
Hitam kedalaman ilmu
Putih ketulusan amal
Dibawah naungan Ilahi
Panji kemanusiaan t’lah dikibarkan
Pena kebenaran t’lah ditorehkan
Perisai keadilan t’lah ditegakkan
Himpunan mahasiswa islam
Iman perinsip abadi
Ilmu bekal yang hakiki
Amal kendaraan diri
Menuju ridho Ilahi
Panji kemanusiaan t’lah dikibarkan
Pena kebenaran t’lah ditorehkan
Perisai keadilan t’lah ditegakkan
Himpunan Mahasiswa Islam


Hijau-Hitam
Sang Hijau Hitam
Kini Kembali
Kibarkan Panji
Panji Keadilan
Sang Hijau Hitam
Tak Pernah Gentar
Tak Kan Menyerah
Tetap Slalu Tegar

Reff:
Lawan Penindasan
Lahir Perdamaian

Perangi Tirani Wujudkan Kemakmuran



"Hidup tanpa tantangan tidak patut untuk dijalani, karena layang-layang terbang bukan mengikuti arus tapi justru menentangnya" #salam Persahabatan Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Read More..

Pihak Yang Kalah Selalu Meniru Pihak Yang Menang

Posted by J 0 komentar
hamka
Orang yang kalah selalu meniru orang yang menang, baik dalam lambangnya maupun cara berpakaiannya, atau kebiasaannya dan sekalian gerak gerik dan budayanya.

Sebabnya ialah karena jiwa itu selalu percaya bahwa kesempurnaan hanya pada orang yang telah mengalahkannya itu, lalu dia menjadi peniru dan penurut; baik oleh karena telah sangat tertanam rasa pemujaan, atau karena kesalahan berfikir, bahwa keputusan bukanlah karena kekalahan yang wajar, melainkan karena tekanan rasa rendah diri dan beranggapan yang menang selalu benar.
Walau mereka masih mengakui beragama Islam dan  kadang kadang ibadahnyapun masih mereka kerjakan, tetapi hakikat Islam telah hilang dari jiwa mereka.
Saking tertariknya dan tergadainya jiwa mereka kepada bangsa lain yang memimpinnya , tidaklah mereka keberatan lagi menjual agama dan bangsanya dengan murah kepada pihak yang mengalahkannya.- BUYA HAMKA-


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Read More..

Ketika Lelaki Lebih "Dahulukan" Daripada Wanita

Posted by J Jumat, 29 November 2013 0 komentar
Di masjid al Hidayah itu tak ada tempat buat wanita, Irsyad menjelaskan pada sang Bunda yang ngotot tetep ingin ikut I’tikaf.
“Bunda sholat dan I’tikaf di Rumah saja, Bunda, perempuan itu harus banyak-banyak di Rumah dan ibadah di Rumah, Bunda kan bisa jamaah dengan si Mbok.” Irsyad menjelaskan lagi pada Bunda yang hanya diam termangu.
Dalam hati Irsyad terharu dan bangga dengan semangat Bunda yang menggebu-gebu untuk perbanyak ibadah di bulan Ramadhan. Irsyad ingat dulu Bunda selalu diajak Ayah keliling untuk ibadah, dan melaksanakan sholat Magrib, berbuka dan tarawih keliling dan setiap 10 malam terakhir Ayah dan Bunda juga Irsyad dan ketiga adik lelakinya ikut semua I’tikaf di masjid tebesar di kecamatan makasar.
Irsyad ingat bagaimana Ayah selalu mencarikan dahulu tempat wudhu buat Bunda juga toilet, dipastikan toilet wanita yang biasanya ada paling pojok dan seringkali terkunci, masih layak dipakai oleh Bunda, dan Bunda manut saja, ikut saja, Ayah yang mengerjakan semuanya.
Irsyad juga teringat ketika Umrah, bagaimana susahnya mencarikan tempat sholat buat Bunda, apalagi ketika itu Ramadhan dan suasana sangat berdesakan, batin Irsyad, jamaah kayak cendol uwel-uwelan, namun karena nikmat ibadah sangat luar biasa, sehingga semua itu hilang dari pikiran, namun tetap saja selalu terpikirkan ketika melihat Bunda akhirnya malah hilang tidak tahu ada dimana, karena shaf sholat untuk perempuan sangat sedikit, dan Bunda terhalau oleh askar-askar yang menjaga barisan sholat, dengan teriakan, “Yallah, yaalaa…”sambil mengibas ngibaskan lengan bajunya yang lebar, dan otomatis Bunda dan sebagian jamaah wanita lainnya terusir jauh entah kemana…sampai pusing Irsyad dan Ayah mencari Bunda, dan akhirnya Bunda ditemukan tengah menatap Ka’bah dan berdoa, dan salah satu do’a Bunda adalah agar dipertemukan dengan anak-anak dan Suaminya. Bunda walau nyasar tidak takut dan kata Bunda, asal tetap ada di Masjidil Haram, hati Bunda tenang, cuma kita yang lelaki menjadi tidak tenang.
Memang nampaknya seperti ada diskriminasi di tempat sholat lelaki dengan wanita, sulit untuk mencari tempat sholat buat wanita, dimana-mana penuh, dan sebagian besar untuk lelaki.
Lama merenung, akhirnya Bunda yang menjawab pada Irsyad, “Lelaki adalah pemimpin bagi wanita, dan Allah menghendaki lelaki memiliki kekuatan dalam beribadah, maka Allah ganjar dengan janji kalau sholat jamaah akan dapat 27 kali lipat, namun sholat jamaah di Masjid diwajibkan bagi para lelaki saja, bahkan sampai ada ancaman dari Rasulullah saw.”
Hadist dari Sahabat Abu Hurairah r.a berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh saya ingin memerintahkan para pemuda untuk mengumpulkan kayu bakar yang banyak, kemudiaan saya akan mendatangi orang-orang yang shalat di rumahnya tanpa udzur dan saya bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmudzi)
Tentu saja dengan keluar rumah dan sholat di Masjid para lelaki akan bertemu dengan sesama lelaki lainnya dan bisa membicarakan, memikirkan bersama dan mendiskusikan berbagai macam masalah dan memutuskan apa-apa yang baik buat umat dan masyarakat. Sedangkan perempuan hanya menunggu berita saja dan mengikuti dengan taat keputusan masyarakat yang diwakili oleh para lelaki, alias taat pada para Suami, apapun keputusan yang mereka buat, apalagi lelaki lebih rasional bukan?
Hal wajib lainnya adalah sholat Jum’at, diwajibkan bagi para lelaki bahkan ditambahkan dengan Khutbah Jumat yang wajib didengar, bila tidak didengarkan, maka tidak sah sholat jumatnya, ditambah lagi dengan ancaman bila 3X tidak jumatan, Ibnu ‘Abbas r.a, “Barangsiapa meninggalkan tiga kali shalat Jum’at berturut-turut, sungguh dia telah mencampakkan Islam ke belakang punggungnya (kafir).” (HR. Abu Ya’la, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahiih at-Targhiib No. 732)
Tentu saja hal itu sangat baik bagi para lelaki bagi para Suami sebagai pemimpin keluarga, bahwa dengan adanya sholat Jumat wajib bagi para Suami, diharapkan para Suami yang akan membimbing dan memimpin wanita, Istri-istrinya di rumah dan memberikan ilmu-ilmu dan keterangan agama, sehingga wanita mendapatkan ilmu utamanya dari para lelaki Suami nya yang sholat Jumat, maka alangkah baiknya bila Khutbah Jumat didengarkan dengan seksama untuk disampaikan bagi para wanita yang tidak ikut sholat Jum’at.
Irsyad tertegun dengan jawaban Bunda, Bunda memang luar biasa, bagi Bunda sholat tarawih di Masjid maupun I’tikaf memang lebih syahdu dan khusyu bila dilakukan di Masjid, namun bila dilakukan dirumahpun tidak apa-apa Bunda, yang penting hatinya, bukan tempatnya.

dikutip dari :
http://www.eramuslim.com/akhwat/wanita-bicara/ketika-lelaki-lebih-didahulukan-daripada-wanita.htm#.UpiP1dJdVFE
Read More..

Hakikat Kemerdekaan

Posted by J 0 komentar
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim ayat 7)

Kemerdekaan merupakan salah satu karunia besar dari Allah subhaanahu wa ta’aala kepada hamba-hambaNya. Ia merupakan ni’mat urutan kedua sesudah ni’mat kehidupan. Namun ia tetap berada pada satu urutan di bawah ni’mat termahal, yakni ni’mat keimanan. Sebagaimana ni’mat-ni’mat lainnya Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan kita untuk mensyukurinya. Sebab mensyukuri ni’mat akan menghasilkan pelipatgandaan ni’mat itu sendiri. Sedangkan kufur ni’mat akan menyebabkan ni’mat itu berubah menjadi sumber bencana bahkan azab.
Sebagian ‘ulama mendefinisikan syukur ni’mat sebagai
استعمال النعمة في الطاعة لزيادة النعمة
“memanfaatkan ni’mat di jalan ketaatan sehingga ni’mat tersebut bertambah.”
Apabila kita sebagai suatu bangsa pandai memanfaatkan ni’mat kemerdekaan dengan menjalani kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara penuh dengan berbagai program ketaatan kepada Allah subhaanahu wa ta’aala, niscaya ni’mat tersebut akan Allah subhaanahu wa ta’aala tambah kepada kita semua. Namun sebaliknya bilamana kemerdekaan itu kita sikapi dengan menjalani kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara jauh dari tuntunan ilahi, maka sudah sewajarnya ni’mat kemerdekaan malah terasa menjadi sumber bencana dan bahkan azab.
Adalah suatu ironi bila sebagai suatu bangsa yang berjuang berabad-abad mengusir para penjajah kafir Inggris, Portugis, Belanda dan Jepang dengan semangat takbir Allah Maha Besar…
الله اكبر
.. lalu saat meraih kemerdekaan justru membesarkan faham nasionalisme-materialisme-sekulerisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masihkah kita perlu heran mengapa setelah hidup di alam kemerdekaan berpuluh tahun justru kita sebagai bangsa semakin terpuruk? Bukankah apa yang sedang kita alami sekarang hanyalah sebuah bukti kebenaran firman Allah di atas? ”… dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Mengingkari ni’mat maknanya di sini adalah tidak memanfaatkan ni’mat kemerdekaan di jalan Allah subhaanahu wa ta’aala, artinya tidak menjadikan Islam (ajaran Allah subhaanahu wa ta’aala) sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita lebih percaya dan bangga dengan man-made ideology daripada way of life yang telah digariskan Allah subhaanahu wa ta’aala. Padahal saat sedang terjepit oleh para penjajah hanya Allah subhaanahu wa ta’aala yang kita panggil dan mohonkan pertolonganNya.
Menurut seorang ‘ulama hakekat kemerdekaan atau kebebasan adalah:
كون الإنسان عبدًا لله خلقا و شعورًا و خلقا
“keberadaan manusia sebagai hamba Allah baik dari sudut penciptaan, perasaan maupun akhlaq.”
Artinya, seorang manusia, menurut pandangan Islam, barulah akan disebut merdeka bilamana ia sadar dan berusaha keras mamposisikan dirinya selaku hamba Allah subhaanahu wa ta’aala saja dalam segenap dimensi dirinya, baik penciptaan, perasaan maupun akhlaq. Dan segera ia akan divonis tidak merdeka atau belum merdeka bilamana ia masih menghambakan dirinya kepada selain Allah subhaanahu wa ta’aala.
Atau, dengan kata lain, kemerdekaan seseorang atau suatu bangsa sangat ditentukan pada seberapa besar upaya individu atau bangsa tersebut menjadikan kalimat tauhid
لآ إله إلا الله
Sebagai motivator dan inspirator utama pembebasan diri atau bangsa dari dominasi apapun atau siapapun selain Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan pada dasarnya inilah yang telah dida’wahkan oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam dan oleh segenap Nabi dan Rasul lainnya dahulu kala. Tak ada seorangpun Rasul yang diutus Allah kepada ummat manusia melainkan menyampaikan pesan abadi dan universal untuk ”hanya menyembah Allah dan menjauhi thaghut (syaithan)”.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS An-Nahl ayat 36)
Ini pula yang telah disampaikan oleh sahabat Rib’iy bin Aamer radhiyallahu ‘anhu saat beliau diutus khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu untuk bernegosiasi bilateral dengan negara adidaya Persia. Rib’iy berkata kepada Panglima Persia Rustum:
ابتعثنا الله لنخرج الناس من عبادة العباد لعبادة الله وحده
“Kami (umat Islam) diutus Allah untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan sesama hamba untuk menghamba kepada Allah semata.”
Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam berhasil dengan gilang-gemilang mengeluarkan bangsa Arab dari kubangan kegelapan jahiliah kepada kecemerlangan kehidupan dan peradaban di bawah naungan ridho Allah ‘Azza wa Jalla. Sehingga tampillah suatu masyarakat berperadaban baru yang menyerahkan segenap dimensi kehidupannya mengikuti apa-apa yang diturunkan Allah subhaanahu wa ta’aala. Sehingga lahirlah suatu ummat terbaik (khairu ummah) yang tidak mencintai, mentaati serta merasa takut kepada apapun dan siapapun selain kepada Allah subhaanahu wa ta’aala.



Read More..

Belajar Menyelesaikan Masalah dari Aisyah

Posted by J 0 komentar
Ummul Mukninin ‘Aisyah tumbuh besar di rumah Rasulullah nan suci. Hal ini sungguh merupakan anugerah yang sangat besar, karena setiap orang yang dididik langsung oleh Rasulullah pada dasarnya akan menjadi guru dan sekolah yang fenomenal.
aisyahInilah yang benar-benar terjadi pada diri ibunda kita, ‘Aisyah. Nalar dan pemikirannya dipenuhi dengan konsepsi-konsepsi Islam. Tingkah laku dan sikap ‘Aisyah merupakan bentuk praktis dan implementasi dari konsep-konsep Islam. Maka tidak masuk akal jika ‘Aisyah melakukan suatu perbuatan yang menyalahi pemikiran, konsepsi dan tingkah laku yang sudah mendarah daging pada diri dan akalnya.
Sikap seperti ini bukan hanya ada pada diri ‘Aisyah saja, melainkan adalah corak tingkah laku yang ada pada diri sahabat Rasul secara umum. Di situ ditemukan adanya keharmonisan luar biasa antara pikiran dan tingkah laku, yang jarang sekali bertolak belakang dengan Al Quran.
‘Aisyah yang suci -putri dari sahabat Nabi yang jujur- ditimpa musibah paling besar yang mungkin menimpa perempuan bermartabat sepertinya. Ia dituduh berbuat zina. Alangkah berat ujian yang ia terima. Tuduhan itu tidak hanya beredar di kalangan terbatas keluarga dan sahabat dekat, tetapi beredar ke masyarakat dan dibumbui dengan sejumlah propaganda yang licik.
Istri seorang Rasul yang sangat disegani sekaligus dicinta oleh ummat dituduh telah melakukan zina. Zina yang dipandang sebagai aib dan dosa besar bagi setiap perempuan, terlebih jika dilakukan oleh istri Nabi, maka hal tersebut sungguh menjadi suatu masalah dan ujian yang berat bagi ‘Aisyah. Hanya orang dengan kepribadian matang, tangguh dan cerdas seperti ‘Aisyah yang dapat menanggung ujian tersebut dan mampu menemukan solusi sehingga dapat melewati cobaan dengan baik.
Apa yang dilakukan ‘Aisyah menghadapi persoalan rumit ini? Bagaimana dia menghadapi, melawan, dan mengalahkannya?
Tentu wanita muslimah di jaman sekarang pun dapat mengambil hikmah, meneladani sikap dan tindakan ‘Aisyah ketika menghadapi masalah dan ujian yang dihadapinya.
Masalah dan Cara Menghadapinya
Sebelum membahas lebih lanjut tentang sikap dan cara-cara ‘Aisyah dalam menyelesaikan masalah, ada baiknya mengulas sedikit mengenai definisi masalah.
Manusia hidup tentu akan bertemu dengan masalah. Hal tersebut seperti bagian dari skenario yang ditentukan ‎​اَللّهُ baik untuk pembelajaran maupun untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Masalah dapat didefinisikan sebagai perasaan atau kesadaran tentang adanya suatu kesulitan yang harus dilewati untuk mencapai tujuan. Masalah juga dapat diartikan sebagai kondisi disaat kita berbenturan dengan realitas yang tidak diinginkan.
Tanpa sadar kadang masalah yang datang dapat menyita pikiran kita. Disinilah diperlukan sikap dan pengetahuan agar dapat menghadapi masalah dan menemukan solusi yang tepat dan tentunya tidak semakin menjerumuskan kepada masalah lain. Dan yang lebih utama, bagaimana bersikap dan bertindak menghadapi masalah sesuai dengan petunjuk yang diberikan Allah.
Terkadang untuk menyelesaikan masalah butuh waktu, namun terkadang masalah dapat selesai dengan cepat. Bagaimanakah ibunda ‘Aisyah menghadapi persoalannya kala itu?
Persoalan yang dihadapi ‘Aisyah adalah berita bohong. Para kaum munafik menyebarluaskan isu tentang kasus perzinaan ‘Aisyah dengan Shafwan bin Mu’aththal. Ketika pulang dari sebuah peperangan, ‘Aisyah terlambat dari rombongan. Ia pulang diantar Shafwan dan menaiki untanya. Setelah itu isu tentang perzinaan ini pun menyebar luas, laksana api yang dengan cepat membakar rerumputan kering.
Persoalan ‘Aisyah kala itu ada dua hal, pertama, ‘Aisyah mendapati dirinya sendirian karena sudah ditinggal rombongan pasukan. Kedua, ketika isu ini beredar di luar, ia tidak mengetahui bahkan tidak terlintas di dalam pikirannya sama sekali. Lantas apakah yang dilakukan ‘Aisyah untuk menghadapi dua persoalan tersebut?
Sadar Bahwa Tengah Menghadapi Masalah
Harus diketahui bahwa sebuah persoalan tidak akan berarti jika orang yang tertimpa atau memiliki hubungan dengan persoalan tersebut tidak menyadarinya. Begitu pun dengan ‘Aisyah, ia sadar betul akan adanya masalah yang sedang dihadapi. Ketika kembali dari mencari kalung yang hilang dan mendapati rombongan pasukan sudah pergi meninggalkannya, ‘Aisyah sadar kalau ia sedang dalam masalah. Ini persoalan pertama.
Sedangkan terhadap persoalan kedua, dimana ia dituduh melakukan zina, ‘Aisyah segera merasa kalau sedang ada masalah ketika diberitahu Ummu Misthah tentang isu yang sedang beredar di masyarakat. Pada awalnya ‘Aisyah tidak merasakan hal itu. Maka ia heran atas celaan Ummu Misthah terhadap anaknya, dan ia pun membelanya karena Misthah termasuk salah satu sahabat yang ikut dalam perang badar.
Menjaga Emosi dan Tetap Tegar
Ibunda kita ‘Aisyah mampu menahan emosinya di saat menghadapi persoalan yang menimpanya. Padahal situasi yang ia alami kala itu sangat mencekam. Tertinggal sendirian oleh rombongan pasukan di medan perang. Dan ia pun tetap dapat mengontrol dirinya ketika mendengar isu yang sesungguhnya dapat membuatnya tertekan. Tentu saja ‘Aisyah kaget dan limbung atas isu-isu yang tersebar luas menyangkut dirinya. Namun meskipun begitu, ‘Aisyah tetap sabar karena mengingat firman Allah,
“Maka hanya bersabar itulah yang terbaik (buatku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan. (Yusuf [12]:18)
Ketegaran hati yang dimiliki ‘Aisyah tercermin dengan selalu memohon perlindungan Allah melalui doa, shalat, zikir, berbaik sangka kepada Allah dan umat muslim yang terkait dengan isu tentang dirinya, serta mengharap datangnya kebaikan. Sisi keimanan secara umum juga sangat berpengaruh dalam hal ini, sehingga keimanan harus tetap dijaga pada setiap fase penyelesaian masalah.
Semua inilah yang dilakukan oleh ‘Aisyah. Meskipun isu-isu itu mampu membuat ‘Aisyah terpukul, tapi ia tetap tidak kehilangan akal sehat.
Terhadap persoalan pertama, ‘Aisyah menyimpulkan kalau rombongan pasukan memang sudah meninggalkannya, dan ia tertinggal sendirian. Hal ini membuat ‘Aisyah mengkhawatirkan diri sendiri kalau sampai meninggal dunia, mendapat musibah, atau mengalami tindak kekerasan. Sedangkan terhadap persoalan kedua, ‘Aisyah sudah menyimpulkan dan mengetahuinya. Isu yang beredar saat itu adalah ia dituduh berbuat zina. ‘Aisyah sudah memikirkan tuduhan tersebut dan konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.
Memikirkan Solusi
‘Aisyah memikirkan solusi yang mungkin berguna untuk menyelesaikan persoalannya. Yang terbersit dalam benak ‘Aisyah waktu itu adalah sejumlah hal berikut:
1.Menyusul rombongan pasukan. Tapi ia tidak memiliki kendaraan, sedang malam sudah gelap dan ia pun rasanya tidak mungkin berjalan sendirian
2.Tetap berada di tempat semula sambil bersembunyi
3.Pergi ke tempat lain
4.Menunggu di tempat semula dengan harapan rombongan pasukan atau sebagian mereka akan kembali lagi ke tempat itu. Sebab apabila rombongan tahu kalau ia tidak ada, tentu mereka akan segera kembali ke tempat semula untuk mencari.
5.Mencari seseorang yang mungkin tertinggal dari rombongan seperti yang ia alami, atau menunggu seseorang yang mengikuti rombongan pasukan dari jauh.
Sedangkan terhadap persoalan kedua, yang terbersit pada benak ‘Aisyah adalah;
1.Membela diri
2.Menyerahkan hal itu kepada Rasul, sementara ia tetap berada di rumahnya. Namun sepertinya ‘Aisyah melihat kalau Rasulullah terpengaruh dengan isu tersebut, di samping isunya sudah menyebar luas di masyarakat
3.Pulang ke rumah bapak ibunya, bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah
4.Menerapkan solusi paling tepat di antara solusi-solusi yang ada
Solusi
‘Aisyah memilih untuk tetap berada di tempat semula dengan harapan rombongan pasukan atau sebagian dari mereka kembali lagi untuk menjemput. Benar saja, Shafwan datang. Waktu itu, ‘Aisyah menyangka kalau Shafwan memang diutus rombongan untuk menjemputnya. Oleh karena itu, ‘Aisyah langsung menaiki unta Shafwan tanpa berbicara sedikit pun. Dan karena anggapan seperti ini juga, ‘Aisyah tidak pernah terbetik dalam pikirannya bakal ada isu-isu miring tentang dirinya. Sebab ia menyangka bahwa Shafwan memang diutus rombongan untuk mencari dan membawanya menyusul rombongan.
Sedangkan mengenai masalah tuduhan zina, ‘Aisyah meminta izin kepada Rasulullah untuk pulang ke rumah keluarganya. Sebab persoalan ini butuh kejelasan lebih lanjut selagi belum turun wahyu yang menjelaskannya. Selain itu, menghadapi persoalan semacam ini juga butuh kepala dingin agar bisa berpikir tenang. Kepulangan ‘Aisyah ke rumah orangtuanya mengandung banyak hikmah dan kecerdikan. Oleh karena itu, Rasul pun segera memenuhi keinginan ‘Aisyah tersebut.

dikutip dari :
http://www.eramuslim.com/akhwat/inspirasi-wanita/belajar-menyelesaikan-masalah-dari-aisyah.htm#.UpiNH9JdVFE
Read More..

Disiplin Sholat Lima Waktu

Posted by J 1 komentar
Di antara ciri menonjol muttaqin (orang-orang bertaqwa) ialah rajin menegakkan sholat sebagaimana diperintahkan Allah ta’aala dan dicontohkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam.


ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS AlBaqarah ayat 2-3)
Muttaqin menyadari bahwa sholat merupakan bukti keimanan yang sangat signifikan. Dan mereka sangat menyadari betapa besar akibatnya bila seseorang dengan sengaja meninggalkan sholat wajib lima waktu tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan orang yang meninggalkan sholat sebagai terlibat dalam kekufuran bahkan kemusyrikan!

سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ

“Aku mendengar Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Sesungguhnya antara seorang lelaki dan kemusyrikan serta kekufuran ialah meninggalkan sholat.” (HR Muslim 116)
Malah dalam hadits lainnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berlepas diri dari orang yang dengan sengaja melalaikan kewajiban sholat. Sehingga beliau mengatakan bahwa tindakan tersebut akan menghilangkan jaminan Allah ta’aala dan RasulNya atas orang itu pada hari berbangkit kelak.
Dari Ummu Aiman radhiyallahu ’anha bahwa sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Jangan kamu tinggalkan sholat dengan sengaja. Karena sesungguhnya barangsiapa meninggalkan sholat dengan sengaja maka sungguh lepaslah darinya perlindungan Allah ta’aala dan RasulNYa.”(HR Ahmad 26098)
Dan perlu diketahui bahwa urusan paling awal yang akan Allah ta’aala periksa atas hamba-hambaNya pada hari pengadilan ialah sholatnya. Barangsiapa yang sholatnya dikerjakan dengan baik maka beruntunglah dia, dan sebaliknya barangsiapa yang sholatnya dinilai kurang, maka kekurangannya hanya bisa ditutup bila hamba tersebut punya simpanan sholat sunnah.
Sesungguhnya hal pertama yang diperhitungkan dari seorang hamba Allah ta’aala pada hari kiamat ialah sholatnya. Jika didapati ia sempurna maka ia dicatat sebagai sempurna. Jika didapati terdapat kekurangan, maka dikatakan ”Coba lihat adakah ia memiliki sholat sunnah yang dapat melengkapi sholat wajibnya?” Kemudian segenap amal perbuatannya yang lain diproses sebagaimana sholatnya. (HR AnNasai)
Saudaraku, tegakkanlah sholat wajib lima waktu dengan disiplin. Sebab Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengatakan bahwa sholat wajib akan menghapuskan segenap kesalahan seorang muslim laksana daun yang berguguran dari sebatang pohon.
“Seorang muslim bila berwudhu dan ia baguskan wudhunya kemudian ia sholat lima waktu, maka berguguranlah kesalahannya seperti bergugurannya daun ini.” Kemudian beliau membaca ayat sbb: “Tegakkanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (HR Thabrani 6028)
Saudaraku, usahakanlah sedapat mungkin untuk selalu menegakkan sholat wajib lima waktu berjamaah di masjid, khususnya bagi kaum pria muslim. Sebab ahli fiqih dari kalangan para sahabat, yaitu Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu mengatakan bahwa orang yang sholatnya dikerjakan di rumah –bukan di masjid- berpotensi untuk menjadi sesat dari jalan Allah ta’aala.
Ibn Mas’ud radhiyallahu ’anhu berkata: “Barangsiapa ingin bertemu Allah ta’aala esok hari sebagai seorang muslim, maka ia harus menjaga benar-benar sholat pada waktunya ketika terdengar suara adzan. Maka sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aala telah mensyari’atkan (mengajarkan) kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam beberapa SUNANUL-HUDA (perilaku berdasarkan hidayah/petunjuk) dan menjaga sholat itu termasuk dari SUNANUL-HUDA. Andaikan kamu sholat di rumah sebagaimana kebiasaan orang yang tidak suka berjama’ah berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Dan bila kamu meninggalkan sunnah Nabimu Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam pasti kamu tersesat.” (HR Muslim 1046).
Bahkan dalam hadits yang sama, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu mengatakan bahwa pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam masih hidup tidak ada orang yang sengaja tidak sholat berjamaah di masjid kecuali orang munafiq yang tidak diragukan kemunafiqannya. Na’udzubillahi min dzaalika..!

Dan sungguh dahulu pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tiada seorang tertinggal dari sholat berjama’ah kecuali orang-orang munafiq yang terang kemunafiqannya.” (HR Muslim 1046).

dikutip dari : 
http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/disiplin-sholat-lima-waktu.htm#.UpiJE9JdVFE
Read More..

LIKE FANPAGE INDAHNYA PERSAHABATAN

KELUARGA HIMPUNAN

KELUARGA HIMPUNAN

Total Pengunjung