Jangan Kau Cela Saudaramu
Minggu, 02 November 2014
0
komentar
Jangan Kau Cela
Saudaramu
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء
مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا
تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ
يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh
jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim “ (QS. Al Hujuraat :11)
Haramnya Menghina Orang
Lain
Dalam ayat ini Allah
memanggil hambanya yang beriman dengan panggilan (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ),
yang merupakan sebaik-baik panggilan Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Setiap
ayat Allah yang didahului dengan panggilan kepada hamba-Nya(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا ) menunjukkan bahwa sesudahnya AllahTa’ala akan menyampaikan
sesuatu yang penting. Sebagaimana ucapan sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu
‘anhu, “ Jika engkau mendengar Allah berfirman (يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا ) maka dengarkanlah dengan baik-baik. Karena di situ
terdapat kebaikan yang Allah perintahkan atau kejelekan yang dilarang oleh
Allah” (Dinukil dari Nidaa-atu Ar Rahman li Ahlil Iman)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Allah Ta’ala melarang dari perbuatan sikhriyyah terhadap
manusia, yaitu sikap merendahkan orang lain dan menghina mereka. Hal ini
sebagaimana terdapat pula dalam hadits Nabi tatkala beliau bersabda, ‘Sombong
itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain’, maksudnya adalah
menghina dan menganggap orang lain lebih rendah, dan ini adalah perbuatan haram.
Boleh jadi orang yang dihina lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah dan lebih
Allah cintai. Oleh karena itu Allah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi
yang dicela itu lebih baik dari mereka” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim).
Syaikh Abdurrahman As
Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat ini terdapat penjelasan
tentang sebagian hak seorang mukmin dengan mukmin yang lain. Yaitu janganlah
sekelompok orang mencela sekelompok yang lain baik dengan kata-kata ataupun
perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama muslim. Perbuatan
ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan ini menunjukkan bahwa
orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya sendiri” (Taisiir Al Kariimi
Ar Rahman).
Larangan ini bersifat
umum, mencakup celaan terhadap segala hal. Imam At Thabari rahimahullah menjelaskan,
“ Allah menyebutkan secara umum larangan untuk mencela orang lain, sehngga
larangan ini mencakup seluruh bentuk celaan. Tidak boleh seorang mukmin mencela
mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah
dilakukannya, dan yang lainnya” (Lihat Jaami’ul Bayan).
Jelaslah dalam ayat ini
Allah mengharamkan perbuatan mencela orang lain, dan ini juga merupakan kesepakatan
para ulama. Perbuatan ini termasuk dosa besar, wajib seorang muslim untuk
menjauhinya dan mengingatkan orang lain dari dosa ini. Dan sifat ini merupakan
di antara sifat orang munafik dan orang kafir. (Lihat Al Manhiyaat fii
Suurati Al Hujuraat).
Boleh Jadi Orang Yang
Dihina Itu Lebih Baik
Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan:
“Padahal boleh jadi pihak yang dicela itu justru lebih baik daripada pihak yang
mencela. Bahkan inilah realita yang sering terjadi. Mencela hanyalah dilakukan
oleh orang yang hatinya penuh dengan akhlak yang tercela dan hina serta kosong
dari akhlak mulia. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia
merendahkan saudaranya sesama muslim” (HR Muslim) “ (Taisiir Al Kariimi Ar
Rahman).
Saudarakau, kita tidak
mengetahui hakekat seseorang. Boleh jadi orang yang dicela itu lebih mulia di
sisi Allah, boleh jadi dia lebih banyak amal kebaikannya, boleh jadi dia lebih
bertakwa. Dan tidak ada yang menjamin seseorang akan selalu lebih baik
kondisinya dari orang lain. Orang yang tadinya kaya bisa jadi mendadak hilang
hartanya. Orang yang punya jabatan tinggi, bisa lengser seketika. Orang yang
tadinya mulia kedudukannya, bisa jadi nanti masyarakat merendahkannya. Sehingaa,
tidaklah pantas seseorang merasa jumawa, merasa dirinya lebih baik dari orang
lain sehingga mencela dan merendahkannya.
Larangan Khusus Bagi
Wanita
Dalam ayat ini, Allah
menyebutkan secara khusus larangan bagai wanita untuk saling mencela, Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء
عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ
“Dan jangan pula
sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih
baik “ (QS. Al Hujuraat 11).
Allah khusukan
penyebutan larangan bagi wanita dalam ayat ini. Padahal dalam ayat-ayat lain
Allah mencukupkan dengan menyebutkan khitabdalam Al Qur’an hanya laki-laki
saja, dan otomatis hukum tersebut berlaku juga bagi wanita. Adapun dalam ayat
ini Allah menyebutkan wanita secara khusus karena dua alasan :
Hal ini menunjukkan
penegasan larangan dan keharaman untuk berbuat sikhriyyah, di mana Allah
mengulang larangan ini sebanyak dua kali, “ Janganlah sekumpulan
orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pulasekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya”.
Dikhususkan penyebutan
wanita dalam ayat ini, karena kebanyakan yang melakukan perbuatan sikhriyyah adalah
kaum wanita, sehingga disebutkan larangan secara khusus bagi mereka. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh Imam Syaukani dalam Fathul Qadir. (Lihat Al
Manhiyaat fii Surati Al Hujuraat)
Larangan Menghina dalam
Al Qur’an dan As Sunnah
Dalam banyak ayat dan
hadits terdapat pula larangan untuk saling menghina yang senada dengan ayat di
atas.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَ يَجِدُونَ إِلاَّ جُهْدَهُمْ
فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik
itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah
dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk
disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu
menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka
azab yang pedih” (QS. At Taubah : 79).
Allah Ta’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ اتَّقَواْ
فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Kehidupan dunia
dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina
orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia
daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al Baqarah : 212).
Dalam sebuah hadits,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ
أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
“Cukuplah seseorang
berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR.
Muslim).
Mudah-mudahan Allah Ta’ala senantiasa
menjaga lisan dan perbuatan kita dari mencela dan merendahkan orang lain.
Semoga bermanfaat, menambah ilmu untuk kita semua.
***
Referensi : Al
Manhiyaatu fii Suurati Al Hujuraat karya Dr. ‘Ali bin Faazii At Tuwaijiri
Penulis: dr. Adika
Mianoki
Artikel Muslim.Or.Id
"Hidup tanpa tantangan tidak patut untuk dijalani, karena layang-layang terbang bukan mengikuti arus tapi justru menentangnya" #salam Persahabatan
0 komentar:
Posting Komentar