Selama ini kita percaya
bahwa bentuk fisik dan beberapa sifat akan diturunkan kepada anak dan cucu.
Karena ada pepatah “Buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya”
Sehingga manusia
selektif memilih pasangannya agar menghasilkan keturunan anak-cucu yang
berkualitas baik fisik dan sifatnya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
keshalihan juga bisa diturunkan. Artinya karena keshalihan bapak-ibu atau
kakek-nenek, Allah menjaga anak keturunan mereka dan menjadikan anak dan cucu
mereka kelak juga menjadi orang yang shalih.
Bisa kita lihat
gambaran contohnya dalam Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ
لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ
أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا
كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ
مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
“Adapun dinding rumah
itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada
harta benda simpanan bagi mereka berdua,sedang ayahnya adalah seorang yang
saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu;
dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu
adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” (QS.
Al Kahfi: 82)
Al-Qurthubi rahimahullahu menafsirkan,
ففيه ما يدل على أن الله
تعالى يحفظ الصالح في نفسه وفي ولده وإن بعدوا عنه. وقد روي أن الله تعالى يحفظ الصالح
في سبعة من ذريته
“Ayat ini menunjukkan
bahwa Allah Ta’ala menjaga keshalihan seseorang dan menjaga keshalihan
anak keturunannya meskipun jauh darinya [beberapa generasi setelahnya –pent].
Diriwayatkan [dalam kisah pada ayat] bahwa Allah menjaga keshalihan pada
generasi ketujuh dari keturunannya.”1
Bahkan ada beberapa
ulama yang menjelaskan bahwa tidak mesti keshalihan orang tua atau kakek-nenek.
Akan tetapi keshalihan kakek buyutnya beberapa generasi sebelumnya. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ
ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ
مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang yang
beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya” [Ath Thuur: 21]
Syaikh Abdurrahman bin
Nashir As-Sa’diy menafsirkan,
ذريتهم الذين اتبعوهم بإيمان
أي: الذين لحقوهم بالإيمان الصادر من آبائهم، فصارت الذرية تبعا لهم بالإيمان، ومن
باب أولى إذا تبعتهم ذريتهم بإيمانهم الصادر منهم أنفسهم، فهؤلاء المذكورون، يلحقهم
الله بمنازل آبائهم في الجنة وإن لم يبلغوها، جزاء لآبائهم، وزيادة في ثوابهم، ومع
ذلك، لا ينقص الله الآباء من أعمالهم شيئا
“keturunan yang
mengikuti mereka dalam keimanan maksudnya adalah mereka mengikuti keimanan
yang muncul dari orang tua/kakek-buyut mereka. maka keturunan mereka mengikuti
mereka dalam keimanan. Maka lebih utama lagi jika keimanan muncul dari diri
anak-keturunan itu sendiri. Mereka yang disebut ini, maka Allah akan
mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua/kakek-buyut mereka di surga
walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya [kedudukan anak lebih rendah dari
orang tua –pent], sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi
pahala mereka. akan tetapi dengan hal ini, Allah tidak mengurangi pahala orang
tua mereka sedikitpun.”2
Karenanya perhatikan
dan pilihlah pasangan yang shalih, ini adalah harga mati yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi.
Demikian semoga
bermanfaat.
1 Al-Jami’
liahkamil Quran 39/11, Darul Kutubil Mishriyah, Koiro, cet. Ke-2, 1384 H,
Syamilah
2 Taisir Karimir
rahmah hal 780, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet.I, 1424 H
—
Penyusun: dr. Raehanul
Bahraen
"Hidup tanpa tantangan tidak patut untuk dijalani, karena layang-layang terbang bukan mengikuti arus tapi justru menentangnya"
#salam Persahabatan