Pekerjaan Yang Mustahil
Selasa, 28 Oktober 2014
0
komentar
Baginda baru saja
membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang mampu memerintahkan, para
jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat istananya. Baginda tiba-tiba
merasa tertarik. Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama.
Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih
leluasa menikmati pemandangan di sekitar. Dan bukankah hal itu tidak mustahil
bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.
Abu Nawas segera
dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah Abu Nawas
dihadapkan, Baginda bersabda,
"Sanggupkah engkau
memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih leluasa melihat
negeriku?" tanya Baginda.
Abu Nawas tidak
langsung menjawab. la berpikir sejenak hingga keningnya berkerut. Tidak mungkin
menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum.
Akhirnya Abu Nawas
terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada satu lagi permintaan dari Baginda,
pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu sebulan.
Abu Nawas pulang dengan
hati masgul. Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan
bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih
berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini.Tetapi pada hari kesembilan
ia tidak lagi merasa gundah gulana.
Keesokan harinya Abu
Nawas menuju istana. la menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana.
Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.
"Ampun Tuariku,
hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan
hamba nanti." kata Abu Nawas.
"Apa usul
itu?"
"Hamba akan
memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul Qurban yang
kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi."
"Kalau hanya
usulmu, baiklah." kata Baginda.
"Satu lagi
Baginda..... " Abu Nawas menambahkan.
"Apa lagi?"
tanya Baginda.
"Hamba mohon
Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung
kepada para fakir miskin." kata Abu Nawas.
"Usulmu
kuterima." kata Baginda menyetujui.Abu Nawas pulang dengan perasaan riang
gembira. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti bila waktunya
sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja.
Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas
sanggup.
Desas-desus mulai
tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap cemas.
Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan Abu Nawas. Karena
selama ini Abu Nawas belum pernah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan
di atas pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu
Nawas kali ini.
Saat-saat yang
dinanti-nantikan tiba. Rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk
melakukan salat Hari Raya Idul Qurban. Dan seusai salat, sepuluh sapi sumbangan
Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir
miskin.
Kini giliran Abu Nawas
yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas berjalan menuju istana diikuti
oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya kepada Baginda Raja,
"Ampun Tuanku yang
mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?"
"Tidak ada."
jawab Baginda Raja singkat.
Kemudian Abu Nawas berjalan
beberapa langkah mendekati istana. la berdiri sambil memandangi istana. Abu
Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Benar. Baginda Raja
akhirnya tidak sabar.
"Abu Nawas,
mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?" tanya Baginda Raja.
"Hamba sudah siap
sejak tadi Baginda." kata Abu Nawas.
"Apa maksudmu
engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau
tunggu?" tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.
"Hamba menunggu
istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk
diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan
istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka."
Baginda Raja Harun Al
Rasyid terpana. Beliau tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang
jarum.
oo000oo
DiKutip dari Buku Cerita :
Abu Nawas_Sang Penggeli Hati
0 komentar:
Posting Komentar