Membalas Perbuatan Raja
Senin, 27 Oktober 2014
0
komentar
Abu Nawas hanya
tertunduk sedih mendengarkan penuturan istrinya. Tadi pagi beberapa pekerja
kerajaan atas titan langsung Baginda Raja membongkar rumah dan terus menggali
tanpa bisa dicegah. Kata mereka tadi malam Baginda bermimpi bahwa di bawah
rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi
setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan.
Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas. Apabila mengganti
kerugian. inilah yang membuat Abu Nawas memendam dendam.
Lama Abu Nawas memeras
otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas Baginda. Makanan
yang dihidangkan oleh istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya lenyap.
Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak. Keesokan hari Abu Nawas
melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. la
tiba-tiba tertawa riang.
"Tolong ambilkan
kain penutup untuk makananku dan sebatang besi." Abu Nawas berkata kepada
istrinya.
"Untuk apa?"
tanya istrinya heran.
"Membalas Baginda
Raja." kata Abu Nawas singkat. Dengan muka berseri-seri Abu Nawas
berangkat menuju istana. Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan
berkata,
"Ampun Tuanku,
hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang
tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani
memakan makanan hamba."
"Siapakah
tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" sergap Baginda kasar.
"Lalat-lalat ini,
Tuanku." kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya. "Kepada
siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan
yang tidak adil ini."
"Lalu keadilan
yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"
"Hamba hanya
menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa
menghukum lalat-lalat itu." Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri menotak
permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri sedang berkumpul di
istana. Maka dengan terpaksa Baginda membuat surat ijin yang isinya
memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.
Tanpa menunggu perintah
Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan
hinggap di sana sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya dari
rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu. Ada yang hinggap
di kaca.
Abu Nawas dengan
leluasa memukul kaca itu hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah,
kemudian giliran patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya
remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas tidak merasa malu
memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan Baginda Raja.
Baginda Raja tidak bisa
berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu
Nawas dan keluarganya. Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri.
Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukan hanya itu saja,
Baginda juga menanggung rasa malu. Kini ia sadar betapa kelirunya berbuat
semena-mena kepada Abu Nawas. Abu Nawas yang nampak lucu dan sering
menyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi garang dan ganas serta
mampu membalas dendam terhadap orang yang mengusiknya.
Abu Nawas pulang dengan
perasaan lega. Istrinya pasti sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan
cerita apa yang dibawa dari istana.
oo000oo
Dikutip dari Buku cerita :
Abu Nawas Sang Penggeli Hati
Dikutip dari Buku cerita :
Abu Nawas Sang Penggeli Hati
0 komentar:
Posting Komentar