Jam Karet
Jumat, 07 Februari 2014
0
komentar
Hal
Negatif dari Budaya Rapat di Organisasi
Jilid
#1
Jam
Karet
Oleh:
M. Ilwan Huzari
Undangan
rapat datang melalui SMS yang berisi :
"Rapat kita yang ke 5 akan dilaksanakan pada hari jumat pukul 15.00 di Tempat A.
Di mohon kehadiranya.
Terima Kasih."
Undangan rapat semacam ini sudah sering diterima oleh
organisatoris, mungkin bentuk kalimatnya beda tapi tujuannya sama yaitu yang
mendapat undangan ini (melalui SMS) dapat hadir dirapat tersebut.
Hari jumat sudah tiba, dan saya ingat bahwa hari ini
saya diundang untuk rapat pukul 15.00 bertempat di A. Sekarang sudah pukul
14.00 berarti Saya harus sudah siap untuk menuju kelokasi rapat agar tidak terlambat.
Waktu terus berjalan tanpa bisa kuhentikan, kemudian Saya tiba dilokasi rapat tepat
pukul 14.30.
Lantas
Saya heran tempat rapat yang telah dijadwalkan kok masih sepi?
Saya
mencoba untuk berfikir positif, mungkin mereka dalam perjalanan kesini dan Saya
harus sabar menunggu mereka, lagian sekarang juga belum tepat pukul 15.00.
Setelah
cukup lama menunggu Saya penasaran, sekarang sudah pukul berapa?
Saya
lihat jam tangan, ASTAGA….. sekarang sudah lewat dari jam 15.00
Kemudian
Saya berfikir!
Kenapa
mereka kok belum ada yang dating ya????
setelah
40 menit menunggu dari mulai setengah 3, Saya pun mengambil HP untuk menanyakan
keberadaan teman yang telah mengirimkan undangan, untuk memastikan apakah rapatnya
benar ditempat ini atau ada perubahan tempat.
Tidak
berselang lama, Saya mendapat balasan SMS.
"Aku sedang OTW, iya rapatnya disana.
Tunggu, bentar lagi teman-teman dating kok.
Sabarya (ditambah emo senyum)"
Jawabanya :
Saya
melihat jam lagi dan melihat waktu sudah menunjukan pukul 15.25, setelah melihat
jam Saya dikejutkan oleh seseorang dari belakang .
Oooooo teryata teman satu
organisasiku
Dia langsung menyapa. Kamu
sudah lama disini ?
Iya sudah hampir 1 jam
aku disini.
Ditanya lagi sama dia,
yang lain pada kemana kok belum kelihatan ?
Hehehe kali ini Saya diam
saja.
Berselang beberapa menit rombongan undangan yang
telat mulai berdatangan dan dengan santainya tidak ada muka bersalah sedikitpun
di wajah mereka. Mungkin memang budaya mereka seperti ini (membiasakan telat)
itu yang ada dibenakku saat itu.
Mereka yang berdatangan saling berjabat tangan dan berdiskusi
kecil sesama mereka. Mulailah kami membentuk lingkaran agar rapat lebih efektif.
Saya lihat jam kembali, teryata sudah menunjukan pukul
15.40 !!!!sedangkan rapat belum dimulai juga. Kenapa kok seperti ini ya ?????
Setelah undangan dirasa lengkap ada seseorang yang membuka
dengan salam dan rapat dimulai pada pukul 15.50.
Jam karet merupakan kata yang biasa kita gunakan untuk
mencerminkan kemoloran atau ketelatan. Cuplikan kisah diatas mungkin pernah sobat
alami dalam berorganisasi, dan mungkin difikaran sobat itu hal biasa yang bisa ditoleransi.
Tindakan toleransi inilah yang membuat jam karet ini semakin berkembang dengan pesat.
Dari yang hanya satu orang jadi merambat kebeberapa orang lainnya sehingga lama
kelamaan ini menjadi budaya organisasi tersebut. Alasan seseorang telat itu multifaktor,
jadi kita juga harus menghargai hak
orang lain diluar organisasi disamping kewajibanya di organisasi.
Dari jam karet ini teryata banyak yang dirugikan,
secara sadar kita menyadari hal ini. Ketika rapat dimulai molor biasanya selesai
rapatnya juga akan molor. Jika ini dibiarkan dalam kurun waktu yang lama maka akan
menyebakan individu yang berada dalam organisasi tersebut terbiasa dengan jam
karet (molor). Secara tidak langsung ketika molor ini terbiasa maka akan menjadi
kebiasaan. Iya kebiasaan telat (molor) harus kita tinggalkan, mari kita kembali
ke budaya tepat waktu.
Bagaimana caranya ?
Organisasi
yang isinya terdapat banyak individu disana harus segera disadarkan untuk disiplin
terhadap waktu dan menerapkan budaya malu.
“MALU
KALAU DATANG TERLAMBAT”
Tentunya peringatan ini harus segera diterapkan dan dibuat
aturan berkaitan dengan disiplin terhadap waktu. Aturan-aturan terkait disiplin
waktu bisa dibicarakan bersama seluruh pengurus organisasi dan disepakati bersama.
Bisa juga ketua membuat langsung Tata
tertib (Tatib) rapat dan segera disosilisasikan kepada seluruh pengurus.
Mahasiswa yang mempunyai peran “agent of change”
harus bisa merubah budaya telat menjadi budaya tepat waktu. Mari sama-sama kita
berubah untuk lebih menghargai waktu, baik itu waktu kita sendiri maupun waktu
orang lain.
Ayo kita mulai dari perubahan-perubahan kecil untuk menuju
ke perubahan yang lebih besar. Undangan rapat datang lagi, dan kita berjanji dalam
hati kecil kita untuk datang tepat waktu.
Alhamdulillah aku bisa datang rapat tepat waktu,
Alhamdulillah teman ku juga dating tepat waktu,
Alhamdulillah pengurus semua dating tepat waktu, Alhamdulillah rapat dimulai tepat waktu, dan
Alhamdulillah selesai rapat tepat waktu.
Betapa bangganya kita ketika budaya tepat waktu sudah
bisa kita terapkan secara optimal. Mari kita perbanyak orang yang sadar akan pentingnya menghargai waktu.
"Ketika
kita sudah tahu cara memulai kebaikan dan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
membiasakan"
(M.I.H)
Coming
Soon
Hal
Negatif dari Budaya Rapat di Organisasi
MOTTO "Hidup tanpa tantangan tidak patut untuk dijalani, karena layang-layang terbang bukan mengikuti arus tapi justru menentangnya" #salam Persahabatan |